Kentang jawa (Plectranthus rotundifolius (Poiret) Sprengel sin. Coleus tuberosus (Blume) Bentham, Solenostemon rotundifolius (Poiret) J.K. Morton), famili Labiatae, dikenal dengan berbagai nama lokal: kemili (Aceh), hombili (Batak), gombili (Melayu), kemili (Sumatera Barat), kentang jawa (Jakarta), huwit kentang (Sunda), kentang klici atau kentang ireng (Jawa), kambili (Madura), sabrang (Bali, Sasak).
Tanaman ini merupakan tanaman herba semusim dengan tinggi 20-75 cm, tumbuh tegak atau agak merambat, batang bersegi, lunak, berwarna hijau. Daun tunggal berselang-seling, berbentuk jorong, ujung tumpul, pangkal bertoreh, tepi beringgit, panjang 3-6 cm dan lebar 2-4 cm, pertulangan menyirip, permukaan agak berbulu, berwarna hijau. Bunga majemuk berangkai bulir, terletak di ujung batang, bertangkai panjang, kelopak berbentuk bintang, mahkota berbentuk bibir, berukuran kecil, berwarna ungu. Buah berbetuk bulat, ditutupi selaput buah, berwarna hijau. Biji berbentuk bulat, berukuran kecil, berwarna hitam. Akar serabut membentuk umbi, permukaan umbi berwarna hitam.
Umbi kentang jawa digunakan sebagai sayuran aseperti halnya kentang. Umbi yang masih muda digunakan untuk campuran sayur lodeh, sayur asam, sayur sop, sedangkan umbi yang sudah tua direbus untuk kemudian dimakan seperti kentang biasa. Kentang sabrang memerlukan tanah yang gembur (banyak mengandung humus) untuk membudidayakannya dan dapat dipanen setelah berumur 4-5 bulan. Produksi umbi kentang jawa di Mataram, NTB, dapat mencapai 13.500 kg/ha.
|
Tanaman kentang jawa |
|
Bungan kentang jawa |
|
Pola pertumbuhan kentang jawa |
|
Umbi kentang jawa |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar di sini ...