Sorgum sebenarnya merupakan nama genus Sorghum yang terdiri atas sejumlah spesies yang berbeda, sedangkan nama umum dalam bahasa Indonesia untuk sorgum budidaya adalah cantel. Tanaman dengan nama ilmiah Sorghum bicolor (L.) Moench ini (periksa nama ilmiah, sinonim, dan klasifikasi pada GBIF Data Portal, ITIS, dan The Plant List) merupakan tanaman asal Afrika Utara, tetapi sekarang telah dibudidayakan secara luas di kawasan tropik, terutama di wilayah kering. Beberapa literatur menyebut sorgum terdiri atas tiga subspesies, Sorghum bicolor ssp. arundinaceum (Desv.) de Wet & J.R. Harlan (sorghum liar), Sorghum bicolor ssp. bicolor (sorgum budidaya atau cantel), dan Sorghum bicolor ssp. drummondii (Nees ex Steud.) de Wet (sejenis rumput yang dalam bahasa Inggris disebut sudangrass). Nama Sorghum bicolor (L.) Moench. kini digunakan hanya untuk sorgum budidaya, sedangkan subspesies pertama dan ketiga mendapat status spesies, masing-masing menjadi Sorghum arundinaceum (Desv.) Stapf dan Sorghum × drummondii (Steud.) Millsp. & Chase, menambah jumlah spesies sorgum yang telah ada sebelumnya. Dalam bahasa Inggris, tanaman sorgum budidaya atau cantel, selain disebut dengan nama teknis grain sorghum, juga disebut black amber, broomcorn, chicken corn, drummond broomcorn, durra, egyptian millet, feterita, forage sorghum, great millet, guinea corn, jowar, kaffircorn, milo, shallu, shatter cane, shattercane, dan sweet sorghum.
Rumput semusim, dengan 1 atau beberapa anakan, anakan dari pangkal atau dari buku-buku di atasnya, tinggi 0,5-5,0 m. Akar sebagian besar pada kedalaman 90 cm tetapi dapat dua kali lebih dalam lagi, menyebar ke samping sampai 1,5 m. Batang tidak berlubang, biasanya tegak, kering atau berair, tanpa rasa sampai manis, bagian dalam dapat menjadi seperti spon; tunas samping pada pangkal berkembang menjadi anakan dan pada buku di atasnya menjadi cabang. Daun 7-24 bervariasi bergantung pada kultivar, berselang-seling, mula-mula tegak tapi kemudian melengkung; upih daun mengelilingi batang, bagian samping saling menumpuk, panjang 15-35 cm, sering kali dengan permukaan berlilin, dengan rambut pendek putih pada bagian pangkal dekat pelekatan dengan batang; lidah daun biasanya ada, pendek, panjang kira-kira 2 mm, bersilia pada tepi atas; telinga daun menyegitiga atau menyerupai lanset; helai daun menyerupai lanset atau lurus-menyerupai lanset, 30-135 cm x 1,5-13 cm, tepi rata atau bergelombang, tulang utama putih atau kuning pada kultivar berbatang dengan bagian tengah kering atau hijau pada kultivar dengan bagian tengah batang berair. Perbungaan berupa malai, tangkai malai tegak, kadang-kadang melengkung menyerupai leher angsa; sumbu pendek atau panjang dengan cagang primer, sekunder, dan kadang-kadang tersier yang mendukung tandan berisi anak bulir, panjang sumbu dan panjang dan kedekatan cabang malai menentukan bentuk malai; anak bulir berpasangan, satu tanpa tangkai dan hermaprodit, lainnya bertangkai dan jantan atau steril, kadang-kadang hermaprodit; anak bulir di bagian ujung malai berkelompok 3, satu tanpa tangkai dan 2 bertangkai. Anak bulir tidak bertangkai mempunyai panjang 3-10 mm, glume 2 hampir sama panjang, seperti kulit atau kertas, membundar telur, membulat telur memanjang, atau membulat telur sungsang; glume bagian bawah menutupi sebagian glume bagian atas, berurat 6-18, biasanya dengan urat menyerupai lunas pada tiap sisinya; glume bagian atas biasanya lebih sempit dan meruncing, dengan urat tengah menyerupai lunas sepanjang sebagian dari panjangnya; glume membungkus 2 bunga, bunga di bagian bawah tidak fertil, terdiri hanya atas lema, membentuk daun tangkai bunga tipis yang membungkus sebagian bunga bagian di atas; bunga di bagian atas hermaprodit, dengan lema tipis bergigi 2 pada ujungnya, gigi-gigi bebas atau melekat dengan medang (awn), bila ada, dari bagian sinus, medang menyiku dan memilin; palea, bila ada, kecil dan langsing; lodikula 2, dekat dengan lema, pendek dan gemuk, dengan ujung mendatar, berdaging dengan tepi bersilia; benang sari 3, bakal buah bersel tunggal dengan 2 tangkai putik panjang mendukung kepala putik menyerupai bulu. Anak bulir bertangkai sangat bervariasi, dengan tangkai pendek atau panjang, bertahan atau luruh, lebih kecil dan lebih sempit dibandingkan dengan anak bulir tidak bertangkai; sering kali terdiri atas hanya 2 glume, kadang-kadang bunga di bagian atas hanya mempunyai lema, tanpa palea, lodikula 2 dan benang sari 3 dengan serbuk sari fungsional, sedangkan bunga di bagian bawah terdiri atas hanya lema. Buah berupa karyopsis yang ditutupi oleh glume, bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan warna, membundar dengan ujung meruncing mendadak dengan diameter 4-8 mm.
Berdasarkan bentuk malai dan susunan floret, sorgum dikelompokkan menjadi 5 klompok kultivar (cultivar groups) sebagai berikut:
Pertumbuhan sorgum terdiri atas fase sebagaimana tampak pada gambar berikut ini.
Di antara fase-fase ini, fase 1 dan fase 2 yang berlangsung dalam kurun waktu 10-30 hari sejak benih berkecambah sangat rentan menghadapi persaingan dengan gulma. Namun bergantung pada komposisi gulma dan faktor lingkungan lainnya, fase 3 yang belangsung sejak 30 hari sejak berkecambah sampai seluruh daun membuka penuh, juga rentan dalam menghadapi persaingan dengan gulma. Selain menghadapi kendala gulma, budidaya sorghum juga menghadapi kendala hama dan penyakit.
Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan pangan dan di wilayah tertentu bijinya juga digunakan sebagai bahan untuk membuat minuman beralkohol dan bahan upacara adat. Minuman beralkohol yang dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir yang dibuat dari biji yang difermentasi setelah dikecambahkan atau minuman keras yang dibuat dari biji setelah dikukus dan difermentasikan. Di negara-negara maju, sorgum dibudidayakan untuk digunakan batangnya atau bijinya sebagai bahan pakan, dan khusus sorgum manis, digunakan batangnya sebagai bahan membuat etanol sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan industri. Di NTT, sorgum dibudidayakan sebagai bahan pangan di berbagai tempat, terutama di Pulau Sabu, Timor, dan Sumba.
Tautan Luar:
Edisi revisi, diperbarui pada 27 Juni 2013
Rumput semusim, dengan 1 atau beberapa anakan, anakan dari pangkal atau dari buku-buku di atasnya, tinggi 0,5-5,0 m. Akar sebagian besar pada kedalaman 90 cm tetapi dapat dua kali lebih dalam lagi, menyebar ke samping sampai 1,5 m. Batang tidak berlubang, biasanya tegak, kering atau berair, tanpa rasa sampai manis, bagian dalam dapat menjadi seperti spon; tunas samping pada pangkal berkembang menjadi anakan dan pada buku di atasnya menjadi cabang. Daun 7-24 bervariasi bergantung pada kultivar, berselang-seling, mula-mula tegak tapi kemudian melengkung; upih daun mengelilingi batang, bagian samping saling menumpuk, panjang 15-35 cm, sering kali dengan permukaan berlilin, dengan rambut pendek putih pada bagian pangkal dekat pelekatan dengan batang; lidah daun biasanya ada, pendek, panjang kira-kira 2 mm, bersilia pada tepi atas; telinga daun menyegitiga atau menyerupai lanset; helai daun menyerupai lanset atau lurus-menyerupai lanset, 30-135 cm x 1,5-13 cm, tepi rata atau bergelombang, tulang utama putih atau kuning pada kultivar berbatang dengan bagian tengah kering atau hijau pada kultivar dengan bagian tengah batang berair. Perbungaan berupa malai, tangkai malai tegak, kadang-kadang melengkung menyerupai leher angsa; sumbu pendek atau panjang dengan cagang primer, sekunder, dan kadang-kadang tersier yang mendukung tandan berisi anak bulir, panjang sumbu dan panjang dan kedekatan cabang malai menentukan bentuk malai; anak bulir berpasangan, satu tanpa tangkai dan hermaprodit, lainnya bertangkai dan jantan atau steril, kadang-kadang hermaprodit; anak bulir di bagian ujung malai berkelompok 3, satu tanpa tangkai dan 2 bertangkai. Anak bulir tidak bertangkai mempunyai panjang 3-10 mm, glume 2 hampir sama panjang, seperti kulit atau kertas, membundar telur, membulat telur memanjang, atau membulat telur sungsang; glume bagian bawah menutupi sebagian glume bagian atas, berurat 6-18, biasanya dengan urat menyerupai lunas pada tiap sisinya; glume bagian atas biasanya lebih sempit dan meruncing, dengan urat tengah menyerupai lunas sepanjang sebagian dari panjangnya; glume membungkus 2 bunga, bunga di bagian bawah tidak fertil, terdiri hanya atas lema, membentuk daun tangkai bunga tipis yang membungkus sebagian bunga bagian di atas; bunga di bagian atas hermaprodit, dengan lema tipis bergigi 2 pada ujungnya, gigi-gigi bebas atau melekat dengan medang (awn), bila ada, dari bagian sinus, medang menyiku dan memilin; palea, bila ada, kecil dan langsing; lodikula 2, dekat dengan lema, pendek dan gemuk, dengan ujung mendatar, berdaging dengan tepi bersilia; benang sari 3, bakal buah bersel tunggal dengan 2 tangkai putik panjang mendukung kepala putik menyerupai bulu. Anak bulir bertangkai sangat bervariasi, dengan tangkai pendek atau panjang, bertahan atau luruh, lebih kecil dan lebih sempit dibandingkan dengan anak bulir tidak bertangkai; sering kali terdiri atas hanya 2 glume, kadang-kadang bunga di bagian atas hanya mempunyai lema, tanpa palea, lodikula 2 dan benang sari 3 dengan serbuk sari fungsional, sedangkan bunga di bagian bawah terdiri atas hanya lema. Buah berupa karyopsis yang ditutupi oleh glume, bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan warna, membundar dengan ujung meruncing mendadak dengan diameter 4-8 mm.
Sorghum bicolor (L.) Moench, A: pertanaman, B: batang dan daun, C: pucuk dan daun, D: helai daun, E: perbungaan, F: bunga (floret), G: bentuk malai perbungaan dan perbuahan, dan H dan I: buah (biji) |
Berdasarkan bentuk malai dan susunan floret, sorgum dikelompokkan menjadi 5 klompok kultivar (cultivar groups) sebagai berikut:
- Kelompok kultivar Bicolor, malai terbuka bertangkai tegak dengan tandan menyebar, tandan di bagian bawah lebih panjang dari tandan di bagian lebih atas, glume lebih panjang dari biji. Bijinya umum digunakan sebagai bahan membuat bir, beberapa kultivar berbatang manis digunakan sebagai bahan membuat etanol.
- Kelompok kultivar Caudatum, malai beragam tetapi agak kompak dan tegak, terdiri atas tandan yang kurang lebih sama panjang yang tersusun agak rapat, biji agak rata di satu sisi, glume lebih pendek dari biji.
- Kelompok kultivar Durra, malai sangat kompak dan bertangkai melengkung, spikelet tanpa tangkai, tidak mempunyai glume bagian bawah, biji agak lonjong.
- Kelompok kultivar Guinea, malai terbuka dan tidak rapat, bertangkai agak melengkung, tandan di bagian bawah dan bagian atas berukuran panjang kurang lebih sama, biji bulat melebar dengan glume yang kurang lebih sama panjang. Beberapa kultivar dari kelompok ini beradaptasi dengan kondisi lembab sehingga umum dibudidayakan di Asia Tenggara.
- Kelompok kultivar Kaffir, malai memanjang dan agak kompak, tandan cenderung menegak mendekati poros malai, glume lebih pendek daripada biji.
Pertumbuhan sorgum terdiri atas fase sebagaimana tampak pada gambar berikut ini.
Di antara fase-fase ini, fase 1 dan fase 2 yang berlangsung dalam kurun waktu 10-30 hari sejak benih berkecambah sangat rentan menghadapi persaingan dengan gulma. Namun bergantung pada komposisi gulma dan faktor lingkungan lainnya, fase 3 yang belangsung sejak 30 hari sejak berkecambah sampai seluruh daun membuka penuh, juga rentan dalam menghadapi persaingan dengan gulma. Selain menghadapi kendala gulma, budidaya sorghum juga menghadapi kendala hama dan penyakit.
Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan pangan dan di wilayah tertentu bijinya juga digunakan sebagai bahan untuk membuat minuman beralkohol dan bahan upacara adat. Minuman beralkohol yang dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir yang dibuat dari biji yang difermentasi setelah dikecambahkan atau minuman keras yang dibuat dari biji setelah dikukus dan difermentasikan. Di negara-negara maju, sorgum dibudidayakan untuk digunakan batangnya atau bijinya sebagai bahan pakan, dan khusus sorgum manis, digunakan batangnya sebagai bahan membuat etanol sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan industri. Di NTT, sorgum dibudidayakan sebagai bahan pangan di berbagai tempat, terutama di Pulau Sabu, Timor, dan Sumba.
Tautan Luar:
- Cantel dan tanaman serealia lain pada Gramene: | Rice | Maize | Wheat | Barley | Oats | Foxtail Millet | Pearl Millet | Rye | Sorghum | Wild Rice | Brachypodium | Oryza Species | Grape | Arabidopsis
- Cantel pada eMonocot
Edisi revisi, diperbarui pada 27 Juni 2013